Tuesday, December 30, 2008

Merayakan Tahun Baru Pesta Warisan Kolonial Belanda: Merayakan Bintang di Fort De Kock


Sekali dalam satu tahun. Pergantian tahun, selalu dirayakan dengan cara yang berbeda. Banyak yang terlewati dalam satu tahun ini. Dua tahun yang lalu saya lewati pergantian tahun dengan merampungkan skripsi, satu tahun yang lalu saya lewati tahun baru dengan tidur lelap, dan tahun ini akan saya lewati dengan berkumpul bersama keluarga & makan durian buah kesukaan kami. Pergantian tahun, selalu dimaknai dan dirayakan dengan cara sendiri-sendiri. Ada yang merayakan dengan hinggar binggar panggung hiburan. Pesta kembang api nan meriah, suara terompet, berkumpul di pusat-pusat kota, berkeliling kota, pergi keluar kota dll. Perayaan tahun baru adalah pesta warisan kolonial.

Kebiasaan merayakan pergantian ini juga menjadi kebiasaan pemerintah kolonial Hindia Belanda, dengan wujud berbeda tentunya. Saya memiliki data tentang perayaan tahun baru ala pemerintah kolonial ini, tepatnya di pergantian tahun 1925 di Bukit Tinggi. Dalam wujud yang berbeda, gaya perayaan tahun baru pemerintah kolonial ini menurut saya sangat unik. Bukan hanya pesta nan meriah ditandai dengan letupan kembang api, tetapi sebuah refleksi atas kerja dan dedikasi dan karya seseorang.

Bertepatan dengan 1 Januari 1925 pada hari Kamis, berkumpulah seluruh ambtenaar, kepala-kepala, penghulu-penghulu di kantor Assisten Resident, Fort de Kock yang akan merayakan tahun baru. Acaranya tidak jauh berbeda dengan acara pesta-pesta pada umumnya. Acara makan-makan dan perayaan puji-pujian. Sebelumnya pembesar-pembesar dalam golonganh Onderwijs dan Bineland Bestur menyerahkan bintang kepada mereka yang dianggap berjasa dan layak menerima penghargaan. Mereka adalah:

1.Engkoe Taib gelar Soetan Pamoentjak, Hoofdschoolopziener Voklsschool, di anoerahi bintang emas kecil. Sebagai tanda penghargaan dari toean Assistent Resident Agam dan s.p toean Inspecteur. Perlu dijelaskan tentunya bahwa beliau dianggap berjasa sela lebih 40 tahun lamanya menebarkan bibit ilmu pengetahuan, dari pengabdian mulia sebagai guru sekolah kl. II, guru Kweekschool Fort de Kock sampai pada mengemudikan Volksschool.

2.Engkoe A. Karim gelar Soetan Sjarif, Guru sekolah Osvia di Fort de Kock dianugrahi sebuah bintang perak besar. Sosok ini aktif dalam dunia pers, kelihaian pena-penanya dapat dibacai di koran-koran Melajoe.


3.Engkoe Moehd. Nazir Gelar Soetan Seripada, beliau adalah Jaksa Landraad di Ford de Kock dianugrahi bintang perak besar. Selain berjasa dalam bidang slidik menyelidik dan hukum, beliau juga ikut merintis sebuah sekolah HIS pertikelir, tempat ana-anak yang tidak diterima di HIS Goebernemen belajar.

4.Engkoe Chatib gelar Dt. Radja lelo, Kepla Malalak distrik Bukit Tinggi, dianugrahi Bintang Tembaga.
5.Hamzah gelar Dt. Batoeah, Kepala Negeri Kapau distrik Tilantang IV Angkat, dianugrahi Bintang Tembaga.
6.Soeit gelar Dt. Bandahara, Kepala Negeri Kota Melintang district Tilatang IV Angkat, dianugrahi Bintang Tembaga.
Ketiganya (No. 4,5&6) bukalah pegawai pemerintah, tetapi penghulu yang diangkat menurut adat atas kesepakatan masyarakat. Anugrah Bintang Tembaga diberikan karena jasa mereka dalam memegang dan menjalankan aturan adat.

7.Saidi gelar Soetan Menteri, seorang agen polisi yang sudah lama mengabdi dianugrahi bintang tembaga. (Disarikan dari berita Panji Poestaka 1926).

Cukup sekian, kepada para pembaca saya haturkan Selamat Tahun Baru.

No comments: