,,......Kuntjung" selalu mendengung di telingaku serta meresap di hatiku sejak aku ketjil. Perubahan-perubahan dalam madjalah ini telah banjak dilakukan. Tiap-tiap hari Rabu dengan setianja Si Kuntjung selalu hadir di tengah-tengah kami. Kurasa isinja makin menarik dan mengesankan. Tahun lalu betapa senangnja hatiku setelah aku mengetahui bahwa aku telah lulus udjian SD dengan memuaskan. Hal ini berkat kesetiaanku mengerdjakan soal-soal jang tertjantum dalam "Nilailah Ketjakapamu" seperti jang diandjurkan bapak guruku. Djuga karangan-karangan jang termuat dalam Si Kuntjung telah banjak membantuku untuk belajar mengarang......" (Si Kuntjung, No. 27 1970)
Itulah pengakuan S. Hartono, pembaca setia Si Kuntjung. Arswendo Atmowiloto dan Profesor Sudjarwo pun mengakui bacaan anak itu sebagai bacaan yang punya peran dalam proses menulis mereka.
Majalah bulanan anak Si Kuntjung terbit sejak 1 April 1956 dan diasuh Sudjati SA. Izin terbitnya No. 00367/U/SK/BPHM/SIT 1965 tanggal 21 September 1965, SIP. No. 020/F/S-9/5 tanggal 8 Januari 1966 dan Izin Peperda Np. Kep. 035 P/X/1965 Nomor Urut 5.
Harganya Rp 1,50, - dan berkantor di Djl. Madura 2, Djakarta III/2. Si Kuntjung dicetak PT. Kinta (Kertas Tinta), yang kelak juga mencetak Intisari dan Kompas. Sasaran pembacanya anak-anak usia sekolah rakjat (SD). Namun, kenyataannya Si Kuntjung juga menjadi bacaan anak lewat orangtua.
Pemberitaan Si Kuntjung bermutu dan menghibur, terdiri dari cerita bersambung, dongeng, seni, budaya, ilmu pengetahuan, teka-teki hingga latihan soal-soal pelajaran. Tak heran jika majalah ini kemudian menjadi majalah anak yang direstui pemerintah. Pada dekade 50-an, ia beroleh tanggapan serius Kepala Bagian Naskah dan Madjalah Kem. PP. Dalam sepucuk surat bertanggal 1 Desember 1956 No. 132/IBD/1676, Si Kuntjung dianjurkan sebagai bacaan anak-anak sekolah rakjat.
Kepercayaan pemerintah kepada Si Kuntjung rupanya awet. Pada 1969, Gubenur/Kepala Daerah khusus Ibu Kota menghadiahkan terbitan Si Kuntjung setiap edisi buat setiap SD di wilayah DKI. Hadiah itu disalurkan lewat Dinas P & P Sukudinas Wilayah. Kemudian dianjurkan pula Si Kuntjung ditempel di dinding masing-masing sekolah agar menjadi wahana bacaan anak.
Saat terbit kali pertama, sampul dan isi Si Kuntjung dicetak di kertas koran. Si Kuntjung juga punya Koran Ketjil, yang dikelola Wartjil (wartawan ketjil) dan Juwarlik (juru warta tjilik).
Majalah yang bermotto Madjalah Pendidikan dan Kebudayaan Bacaan Sekolah Dasar ini menyuguhkan informasi singkat tentang peristiwa-peristiwa aktual, seperti "Kolera di Indramaju", "Stan Vak Sumbang Borobudur", "Dr. Ir. Soekarno Wafat", "Brasil Djuara Dunia", dan berita teranyar lainnya yang dikemas dalam satu lembar halaman.
Ilustrasi Si Kuntjung terbilang nyeni untuk ukuran anak-anak masa itu, karena "realistis". Anak-anak yang belum bisa membaca pun akan tertarik kepada Si Kuntjung. Pada dekade 80-an, majalah anak ini dicetak full colour, sedangkan kertasnya bertambah luks dan tebal.
Cerita bersambung adalah rubrik yang paling ditunggu pembaca. Redaksi menyiapkan cerita itu dengan sangat matang. Sebulan sebelum cerita bersambung tamat dan diganti cerita baru, redaksi memberitahu pembaca, lengkap dengan informasi singkat tentang cerita pengganti. Rubrik bermutu lain"Tahukah Kawan", semacam ensiklopedi tentang keajaiban dunia, tempat-tempat, atau peristiwa-peristiwa penting. Misalnya:
...Sebuah Museum Etnologi di Berlin jang berisikan benda-benda kuno dari berbagai pendjuru dunia, telah menempatkan wajang Indonesia dalam ruangan bagian Asia Selatan. Museum ini resmi dibangun tahun 1873. Sekarang mempunjai sedjumlah 330.000 kumpulan benda. Sedjumlah 5000 kumpulan terdapat dalam tiga bagian: Benda Asli Amerika, Asia Selatan, dan Lautan Selatan." (Si Kuntjung, No. 27 1970)
Cerita-cerita orangtua kepada anak menjadi semakin bervariatif dengan bantuan cerita-cerita Si Kuntjung. Lain dari itu Si Kuntjung juga mengajak anak-anak ikut serta dan aktif dalam pelbagai rubriknya, seperti dalam "Kota Wasiat", rubrik yang menampung pengalaman yang ditulis anak-anak.
Seiring dengan kemunculan banyak majalah anak lain seperti Bobo, Mombi, Kawanku, Girls, dan Orbit, Si Kuntjung pelan-pelan tergeser dan akhirnya berhenti terbit.
Thursday, July 19, 2007
Si Kuntjung Milik Anak Indonesia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
aslkm.mbak,
bagus sekali tulisannya,saya mmg cari referensi ttg.SK(Si Kuntjung) utk coba "membangkitkan kembali" jika msh ada penerbit/pihak yg peduli dgn kosongnya bacaan anak yg mumpuni/tdk polusi.
matur nuwun mbak...
wslkm.Suryanto
HP 081511136763
yantos69@yahoo.com
tinggal di Jakarta
Post a Comment