Wednesday, December 31, 2008

Seabad Pers Perempuan 1908-2008

"Apa faedahnya menyekolahkan gadis-gadis? Biar diajar terbang ke langit sekalipun, kalau tidak pandai memasak nasi dan sayur, maka suaminya tidak akan menyenanginya.” Dengan kesal Soendari menanggapi, “Ah,ah, kalau memang demikian watak laki-laki, maka lebih baik dia kawini saja tukang masak Gubenur Jenderal, pastilah setiap hari dia akan makan enak.” (Raden Ayu Siti Soendari, jurnalis Poetri Hindia)

Buku ini adalah dokumentasi seabad perjalanan pers perempuan di Indonesia. Tarikh ini dihitung dari lahirnya Poetri Hindia yang terbit pertama kali pada 1 Juli 1908. Suratkabar yang didirikan Tirto Adhi Soerjo ini menjadi laboratorium sosial bagi lahirnya jurnalis-jurnalis perempuan generasi awal.

Dari biografi seratus pers perempuan inilah kita bisa menimbang kembali pelbagai anggapan lemahnya posisi tawar maupun peran strategis perempuan dalam dunia pers.

Catatan biografi pers perempuan ini menunjukan bahwa dalam kurun waktu yang demikian panjang—dari pembentukan sampai menjadi Indonesia—perempuan memainkan peran, mengambil posisi, dan bertindak di gelanggang politik, ekonomi, pendidikan, dan membangun barikade pertahanan keluarga.

Sebagai wujud dari keterlibatan semua momentum itu, buku ini dikerjakan segelitir perempuan muda dengan cara didaktik dan kronikal, merekam biografi pers-pers perempuan Indonesia dari masa ke masa (1908-2008); dari belpagai daerah, pelbagai organisasi, dan dari pelbagai bahasa (Indonesia, Jawa, Sunda Melayu, Arab, dan Belanda) yang mewarnai perjalanan sejarah pers Indonesia.

Untuk pemesanan hubungi: 081328690269 (Ria/Jakarta) dan 08886854721 (Nurul/Jogja)

Judul: Seabad Pers Perempuan: Bahasa Ibu, Bahasa Bangsa
Penulis: Rhoma Dwi Aria Yuliantri, et. al.
Penerbit: I:BOEKOE, Desember 2008
Tebal: 406 hlm
Ukuran: 15x24 cm
Harga: Rp 300.000 (hardcover dan hanya dicetak terbatas)
Disc: 20%


::Selengkapnya::

Tuesday, December 30, 2008

Merayakan Tahun Baru Pesta Warisan Kolonial Belanda: Merayakan Bintang di Fort De Kock


Sekali dalam satu tahun. Pergantian tahun, selalu dirayakan dengan cara yang berbeda. Banyak yang terlewati dalam satu tahun ini. Dua tahun yang lalu saya lewati pergantian tahun dengan merampungkan skripsi, satu tahun yang lalu saya lewati tahun baru dengan tidur lelap, dan tahun ini akan saya lewati dengan berkumpul bersama keluarga & makan durian buah kesukaan kami. Pergantian tahun, selalu dimaknai dan dirayakan dengan cara sendiri-sendiri. Ada yang merayakan dengan hinggar binggar panggung hiburan. Pesta kembang api nan meriah, suara terompet, berkumpul di pusat-pusat kota, berkeliling kota, pergi keluar kota dll. Perayaan tahun baru adalah pesta warisan kolonial.

Kebiasaan merayakan pergantian ini juga menjadi kebiasaan pemerintah kolonial Hindia Belanda, dengan wujud berbeda tentunya. Saya memiliki data tentang perayaan tahun baru ala pemerintah kolonial ini, tepatnya di pergantian tahun 1925 di Bukit Tinggi. Dalam wujud yang berbeda, gaya perayaan tahun baru pemerintah kolonial ini menurut saya sangat unik. Bukan hanya pesta nan meriah ditandai dengan letupan kembang api, tetapi sebuah refleksi atas kerja dan dedikasi dan karya seseorang.

Bertepatan dengan 1 Januari 1925 pada hari Kamis, berkumpulah seluruh ambtenaar, kepala-kepala, penghulu-penghulu di kantor Assisten Resident, Fort de Kock yang akan merayakan tahun baru. Acaranya tidak jauh berbeda dengan acara pesta-pesta pada umumnya. Acara makan-makan dan perayaan puji-pujian. Sebelumnya pembesar-pembesar dalam golonganh Onderwijs dan Bineland Bestur menyerahkan bintang kepada mereka yang dianggap berjasa dan layak menerima penghargaan. Mereka adalah:

1.Engkoe Taib gelar Soetan Pamoentjak, Hoofdschoolopziener Voklsschool, di anoerahi bintang emas kecil. Sebagai tanda penghargaan dari toean Assistent Resident Agam dan s.p toean Inspecteur. Perlu dijelaskan tentunya bahwa beliau dianggap berjasa sela lebih 40 tahun lamanya menebarkan bibit ilmu pengetahuan, dari pengabdian mulia sebagai guru sekolah kl. II, guru Kweekschool Fort de Kock sampai pada mengemudikan Volksschool.

2.Engkoe A. Karim gelar Soetan Sjarif, Guru sekolah Osvia di Fort de Kock dianugrahi sebuah bintang perak besar. Sosok ini aktif dalam dunia pers, kelihaian pena-penanya dapat dibacai di koran-koran Melajoe.


3.Engkoe Moehd. Nazir Gelar Soetan Seripada, beliau adalah Jaksa Landraad di Ford de Kock dianugrahi bintang perak besar. Selain berjasa dalam bidang slidik menyelidik dan hukum, beliau juga ikut merintis sebuah sekolah HIS pertikelir, tempat ana-anak yang tidak diterima di HIS Goebernemen belajar.

4.Engkoe Chatib gelar Dt. Radja lelo, Kepla Malalak distrik Bukit Tinggi, dianugrahi Bintang Tembaga.
5.Hamzah gelar Dt. Batoeah, Kepala Negeri Kapau distrik Tilantang IV Angkat, dianugrahi Bintang Tembaga.
6.Soeit gelar Dt. Bandahara, Kepala Negeri Kota Melintang district Tilatang IV Angkat, dianugrahi Bintang Tembaga.
Ketiganya (No. 4,5&6) bukalah pegawai pemerintah, tetapi penghulu yang diangkat menurut adat atas kesepakatan masyarakat. Anugrah Bintang Tembaga diberikan karena jasa mereka dalam memegang dan menjalankan aturan adat.

7.Saidi gelar Soetan Menteri, seorang agen polisi yang sudah lama mengabdi dianugrahi bintang tembaga. (Disarikan dari berita Panji Poestaka 1926).

Cukup sekian, kepada para pembaca saya haturkan Selamat Tahun Baru.

::Selengkapnya::

Tuesday, December 23, 2008

Catatan Kecil: Marine Hindia


1 Desember 2008. Di museum Stovia niatnya sih mau rapat peringatan Haul Tirto. Yach apa mau dikata jadwalnya molor, memanfaatkan waktu luang saya berjalan berfoto sana-sini, miniatur kapal VOC menarik hati saya untuk berfoto di depannya.

Kapal VOC ini menginggatkan saya akan sekolah mariner tempo dulu. Saya pernah membacainya di Panji Poestaka. Pegawai Marine Hindia Belanda itoe ada bangsa Eropa ada poela bangsa Boemipoetra. Lalu bagaimana para Bumiputra ini bisa menjadi seorang mariner? bukankah kala itu hanya segelitir orang saja yang bisa bersekolah? Lalu seperti apa sekolah mariner tempo dulu?

Kweekschool voor inlandsche schepelinge/Kweekschool buat awak Bumiputra ada tak jauh dari Makasar. Di tepi laut anak-anak yang akan menjadi awak kapal mendapat pendidikan. Marilah kita berjalan-jalan melihat-lihat sekolah ini. Jika kita masuk ke pintu gerbang, sampailah dihalaman sekolah dan tampaklah enam buah kamar yang besar, tempat tidur murid-murid. Tempat tidur itu dilengkapi kelambu untuk menahan nyamuk. Di dekat tempat tidur disediakan almari, dan papan untuk menaruh sepatu. Di antara kamar tempat tidur ada kamar yang lebar, tempat makan murid-murid. Ritual makan pagi akan dilakuakn pukul 6 pagi, pukul 8.25 para murid akan mendapatkan makan yang kedua, dan pukul 12,05 makan siang. Pukul 4.30 para murid mendapat makan lagi. Jam makan yang cukup ketat bukan.

Disebelah kiri kamar makan kita lihat kamar gymnastiek dengan perkakasnya. Dibelakang kamar gymnastiek ada tempat buat mengeringkan pakaian. Berhadapan dengan ruang pengeringan, diseberang tanah lapang, adalah tujuh buah bilik tempat pengajaran Bahasa Belanda dan berhitung. Letak bilik-bilik pengajaran ini ditepi jalan raya. Dan para staf pengajarannya adalah para lulusan diploma.

Kalau kita berjalan antara tempat mengeringkan pakaian dan kamar gymnastic akan kita temui rumah pertukangan, tempat murid-murid stoker dapat pengajaran.

Di depan tempat pertukangan ada pelabuhan kecil. Disanalah perahu-perahu kepunyaan Kweekschool dapat berlabuh. Di pelabuhan itu disediakan sebuah cerocok yang menjulur ke laut.

Mari kita berjalan lagi, dari panatai kesebelah belakang kamar tempat tidur. Kita lihat beberapa bilik buat wc dan kamar mandi. Tampak juga kolam renang yang disediakan untuk murid-murid. Setelah itu kita sampai ke dapur, yang letaknya tak jauh dari ruang tempat kesehatan, kalau sekarang UKS (unit Kesehatan Sekolah).

Bumipoetra ini bisa menjadi awak mariner bukan lataran lahir dari keturunan bangsawan. Apabila memenuhi segala syarat seperti sehat badan, cukup usia dan memiliki kepandaian maka peluang untuk menjadi awak kapal Boemipoetra (Inlandsch Schepeling) pada Marine terbuka luas. Perekrutan para calon pelajar mariner ini dilakukan oleh Depertemen Marine di Betawai dan Marine Kerzerne Goebeng di Surabaya, atau Commandant van de Kweekschool voor Inlandsche Sehepelinge di Makassar atau lewat perantara amtenar besting Boemipoetra Assistent-Resident atau Resident kepala Afdeeling. Bagi Bumipotra yang berminat silahkan mendaftar??***

::Selengkapnya::